Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mendukung Gerakan Jokowi Jadi Pahlawan Nasional

 



GARISTEBAL.COM- Entahlah, belakangan saya terusik dengan usulan agar Soeharto mendapat gelar pahlawan nasional. Saya pikir, dibanding Jokowi, jasa Soeharto tak seberapa.

Baiklah, mari kita mulai dengan melihat sejarah dunia. Ada sebuah pelajaran penting, sebelum sebuah bangsa bisa bersinar dalam pencerahan, ia harus merangkak melalui kegelapan yang pekat.

Eropa pernah terpuruk di Abad Kegelapan. Wabah mematikan menyebar, perang yang tak sudah-sudah, dan raja-raja lebih berpesta daripada memperhatikan rakyatnya.

Dari kegelapan ekstrim itu, Renaissance lahir. Leonardo da Vinci menggambar helikopter di atas kertas tua, Michelangelo memahat patung yang membuat dunia ternganga, dan kafe-kafe Italia mulai wangi dengan aroma kopi.

Jepang abad ke-19 adalah sebuah negeri yang kacau balau. Ketika itu samurai saling serang dan akibatnya ekonomi negara terpuruk.

Kegelapan berakhir saat Restorasi Meiji. Lesatan samurai kini berubah menjadi  kereta peluru yang melesat cepat.

Kegelapan adalah fondasi pencerahan. Tanpa menapaki kegelapan, mustahil bisa masuk masa pencerahan.

Dan saat ini kita punya sosok yang penuh totalitas mengabdi untuk membawa kita ke era kegelapan. Kegelapan yang sempurna. Kegelapan yang tak terbantahkan.

Ia bernama Joko Widodo. Mantan presiden yang kita kenal sebagai Jokowi. Hanya dia yang pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional. Soal kegelapan, prestasi Soeharto amat sangat tertinggal. Soeharto masih memperhatikan pendidikan, swa sembada pangan, meski tangannya berlumuran darah.

Tapi dibanding Jokowi ia tak ada apa-apanya. Soeharto masih menyisakan sifat ksatria dengan memanfaatkan polisi, tentara untuk membereskan rakyatnya yang dianggap bandel.

"Atas nama hukum, diskusi ini saya bubarkan!" demikian ucapan tentara yang legendaris saat masuk wilayah sipil.

Semua masih menggunakan dasar hukum, meskipun hukum yang digunakan adalah UU Subversif.

Tapi Jokowi ini beda. Sejak kemundurannya di panggung politik, ia bisa membelah rakyat untuk bertarung. Membuat dikotomi pendukung dan penolak. Dan prestasinya itu masih bertahan sampai sekarang.

Kemudian saat mengusir masyarakat Pulau Rempang agar pulau itu bisa dihadiahkan kepada Xi Jin Ping, ia tak menggunakan hukum. Tak ada petugas yang berteriak "atas nama hukum" saat mengusir warga, menembak dengan gas air mata. Bahkan menembak dengan peluru tajam bagi aktivis muslim di jalan tol KM 50.

Saya setuju Jokowi dijadikan pahlawan nasional karena ia ikhlas mengorbankan harga diri dan rasa malunya demi memastikan Indonesia cukup gelap untuk akhirnya sampai masa pencerahan.

Mari kita lihat pengabdiannya yang begitu heroik. Pertama, Mahkamah Konstitusi. Bahkan sekelas Tempo pernah menyoroti bagaimana MK, yang seharusnya jadi benteng hukum, tiba-tiba jadi pusat kontroversi karena putusan yang membuka jalan bagi Gibran Rakabuming Raka, untuk maju sebagai Wakil Presiden. Usia minimum calon wapres dipangkas, seolah-olah MK sedang mengadakan obral syarat.

Ini bukan sekadar urusan keluarga. Ini pengorbanan dan strategi tingkat dewa. Jokowi bahkan rela dianggap dalang lahirnya dinasti politik. Ia membiarkan orang-orang berbisik tentang nepotisme, demi mengguncang kepercayaan rakyat pada institusi hukum.

Ada juga KPK yang berubah menjadi alat politisasi hukum. Siapa yang berseberangan, siap-siap jadi tersangka korupsi.

Dia tahu, hanya dengan kegelapan seperti ini, rakyat akan sadar lalu belajar hukum tata negara, dan menuntut reformasi sejati.

Lalu yang sekarang ramai, yakni soal ijazah. Sejak beberapa tahun lalu, isu ijazah Jokowi jadi bahan perbincangan liar. Ada yang bilang ijazahnya bermasalah, ada yang bilang itu cuma fitnah.

Saya melihat betapa epiknya jika Jokowi sengaja membiarkan isu ini menggantung. Memalsukan ijazah, bukan perkara main-main. Itu butuh nyali. Butuh kreativitas melebihi seniman.

Jokowi melakukannya bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk membuat Indonesia benar-benar gelap. Isu ijasah ini menyita energi dan rakyat mudah melupakan hutang ribuan trilyun yang jatuh tempo bulan depan.

Atau hutan yang terus berkurang akibat digunakan untuk konsesi kepada teman-temannya yang pengusaha sawit dan tambang.

Jokowi juga jago menyutradarai agar politik semakin “berwarna”. Koalisi-koalisi dibentuk, partai-partai yang dulu saling sindir tiba-tiba jadi sahabat karib. Di daerah, pemilihan ketua partai juga jadi lebih banyak aklamasi.

Kita melihat bagaimana Jokowi memastikan semua pihak “akrab” di bawah kendalinya. Ini bukan politik biasa, ini adalah seni kegelapan. Dengan meredam suara oposisi, Jokowi menciptakan suasana di mana rakyat mulai merasa sesak.

Lalu pada saatnya mulai ada yang berpikir, menularkan kepada yang lain.

"Ini nggak bisa diteruskan."

Kegelapan yang diciptakan Jokowi ini hakekatnya adalah undangan kepada masa pencerahan. Dan pencerahan itu baru bisa hadir jika rakyat mulai menggelar protes, demonstrasi, membuat petisi.

Bayangkan, 50 tahun dari sekarang, anak cucu kita akan membaca buku sejarah tentang “Jokowi, Sang Arsitek Kegelapan”.

Mereka akan tahu, setelah MK jadi bahan lelucon, setelah ijazah jadi meme nasional, setelah politik jadi seperti sinetron murahan, rakyat Indonesia tersadar. Kita akan punya Renaissance Indonesia, dengan seniman yang melukis mural antikorupsi, ilmuwan yang menciptakan teknologi antisuap.

Tapi, ada satu kendala kecil sebelum Jokowi bisa resmi jadi Pahlawan Nasional. Sebab syaratnya menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, seseorang harus sudah meninggal dunia, pernah memimpin perjuangan bersenjata atau politik, melahirkan gagasan besar, atau menghasilkan karya luar biasa untuk bangsa.

Tapi, untuk Jokowi, kita bisa berharap ada jiwa-jiwa mulia yang dengan ikhlas mendoakan beliau segera memenuhi syarat “meninggal dunia”.

Atau, jika doa terasa berat, mungkin ada pahlawan modern yang rela mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi, meminta syarat ini dipermudah khusus untuk Jokowi. Apalagi MK biasa membuat keajaiban.

Mari dukung Jokowi sebagai Pahlawan Nasional, bukan karena dia sempurna, tapi karena dia rela membawa kita menuju kegelapan hakiki. Hidup Jokowi!!!!! [][][]

Post a Comment for "Mendukung Gerakan Jokowi Jadi Pahlawan Nasional"