Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

GELOMBANG PHK Perang Dagang, dan Pasif-Agresif



PASIF-AGRESIF! Satu varian perilaku (behavior) patuh, dalam satu negosiasi. China (Tiongkok) dalam "Perang Dagang"  (Perang Tarif), versus AS. Bersikap: tenang, sopan, dan bahkan cenderung diam.


GARISTEBAL.COM- Tahukah! Perilaku "diam". Bukan hanya China, bisa juga negara lain. Katakanlah Jepang, atau Rusia.


Mereka bisa dianggap sebagai penurut dan tidak menantang. Namun, negara-negara ini dapat merugikan AS (memulai Perang Tarif) dalam negosiasi. Atau pasca-negosiasi nanti.


Perilaku ketiganya. Terutama China (kekuatan ke-2), Jepang (kekuatan ke-3), dan Rusia (11). Bisa memberi pukulan balik (feedback) kepada AS. 


Karena perilaku "pasif-agresif", sangat sulit dikenali. Membiarkan "lawan"  bersikap sesukanya (baca: Tarif Trump) terlebih dahulu. Lalu membiarkan lawan "mati" di lumbungnya sendiri.


Perang Dagang (Perang Tarif), yang dicetus Trump (2 April). Mulai terasa di mana-mana. PHK massal (inklusif), turunnya rantai pasokan,  impor yang dipercepat, mengacaukan sistem finansial dunia.


AS (baca Trump) yang memulai di awal. Kini pun, telah merasakan dampaknya. Harian "The Guardian" (1 Mei) mensitir, PDB Amerika Serikat (AS) telah mengalami kontraksi sebesar 0,3 persen di kwartal pertama tahun 2025.


Kontraksi ini adalah yang pertama dialami AS (sejak 2022). Produk Domestik Bruto (PDB), sebagai tolok ukur kemajuan perekonomian AS yang tadinya 2,4 (sekarang 2,1) persen. Menempatkan AS di ambang resesi.


Resesi AS, akan berdampak inklusif dan meluas. Sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor satu. Sebagai negara tujuan ekspor dunia (termasuk Indonesia), resesi AS akan menjalar ke mana-mana.


Resesi AS akan "memukul" lintas perdagangan yang telah mapan selama 80 tahun. Satu teori ekonomi, bila satu negara mengalami berturut-turut dua kwartal, dengan pertumbuhan negatif. Itulah definisi "resesi".


Tiga akibat resesi yang mudah dikenali: perekonomian melambat, harga naik, dan terjadi penurunan jumlah persentase kelas menengah secara signifikan. Akibat lebih jauh, PHK akan marak secara masif.


Tarif Trump diyakini akan memukul ratusan ribu, bahkan jutaan pabrik-pabrik yang ada di seluruh dunia. 


Segala sesuatu yang diimpor masuk AS, dengan pengenaan bea 10 persen, baja dan alumunium 25 persen, dan angka fantastis untuk produk-produk China sebesar 145 persen. Memberi perspektif sulit.


China yang bersikap "pasif-agresif" dalam menanggapi perang dagang ini, telah melakukan langkah-langkah persiapan. Pasar alternatif yang telah "dibinanya", lewat "silk road" (dua dekade terakhir), adalah modal yang tidak dimiliki AS.


Asia Selatan, seperti Pakistan, Sri Lanka, Maladewa. Lalu Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Myanmar, Singapura yang secara historis adalah "jalur sutra" (silk road), menjadi tumpuan "timbal balik" China. Tentunya, secara geopolitik, China (Tiongkok) akan lebih beruntung.


Nampak jelas. Ekspor perusahaan "e-commerce" China ke AS: Temu dan Shein, telah anjlok sebesar 65 persen. Sebaliknya ekspor China ke Uni Eropa, justru naik sebesar 28 persen.


Mengikuti langkah China, produsen mobil sport Inggris  "Aston Martin" mengatakan. Mereka akan membatasi ekspornya ke AS sebagai dampak dari "tarif Trump".


Situasi dunia sebagai dampak "Tarif Trump", memang rumit. Pengaruhnya terhadap ketenagakerjaan, PHK, dan peningkatan pengangguran terjadi seperti efek "karambol".


Terlebih, perusahaan penggajian ADP/Automatic Data Processing (30 April) AS mengatakan. Penggajian sektor swasta hanya naik sebanyak 62.000 (April). Ini pertanda, betapa pasar kerja, tak mampu menyerap tenaga kerja lebih signifikan.


Perang dagang, dan dampaknya akan makin meluas. Negara mana pun harus siap. Tidak siap, akan ditelan "gelombang" resesi akut.


Sabpri Piliang, Jurnalis Senior di Jakarta

Post a Comment for " GELOMBANG PHK Perang Dagang, dan Pasif-Agresif"