Mewarisi Perlawanan: 35 Tahun Metallica dan ...And Justice for All
Garistebal.com- Hari ini, tepat 35 tahun lalu, Metallica merilis album yang monumental, ...And Justice for All. Album ini tidak hanya menandai kematangan musikal Metallica, tetapi juga menciptakan sejarah dalam dunia musik metal dan membuka percakapan tentang isu-isu keadilan sosial, hukum, dan politik. Dalam 65 menit kecepatan dan agresi thrash metal yang penuh komplikasi ritmis, James Hetfield dan kawan-kawan berhasil mengguncang dunia dengan suara yang mencerminkan ketidakadilan sistemik.
Cover Yang Provokatif
Nuansa kritik sosial sudah nampak dari tampilan cover album …And Justice for All yang menampilkan patung Lady Justice yang ikonik, namun dalam keadaan hancur, terikat rantai, dan keseimbangannya rusak. Patung ini menggambarkan alegori dari ketidakadilan: timbangan yang seharusnya netral tergantung tidak seimbang, dan uang logam berserakan di bawahnya, menyoroti bagaimana hukum sering kali dikorupsi oleh kekuatan uang. Dengan palet warna hijau pudar yang seakan-akan usang, cover ini memberikan kesan dingin dan suram, selaras dengan tema album yang gelap dan penuh amarah terhadap sistem politik hukum yang rusak.
Kisah di Balik Produksi
Proses rekaman ...And Justice for All diliputi duka pasca meninggalnya bassist Cliff Burton pada 1986 akibat kecelakaan bis dalam sebuah perjalanan tour album Master Of Puppets. Jason Newsted -ex-bassist Floatsam and Jetsams- pengganti Burton, mengalami masa sulit ketika kontribusinya banyak terpendam oleh mix akhir album, terutama dalam departemen bass yang hampir tidak terdengar. Meskipun demikian, kehadirannya bersama Metallica menciptakan chemistry yang gelap dan kompleks, sejalan dengan tema album yang penuh kritik terhadap pemerintahan Amerika Serikat, militerisme, ketidakadilan hukum, dan kehancuran ekologis.
Produser Flemming Rasmussen bekerja sama dengan band untuk menghadirkan sound yang keras, dingin, dan agresif—suatu manifesto sonik yang mencerminkan kemarahan dan kegelisahan. Pilihan untuk meminimalkan bass banyak dikritik, tetapi justru memberi fokus penuh pada riff gitar dan vokal Hetfield yang aggresif.
Kritik Sosial dalam Lirik
Album ini dibuka dengan "Blackened", sebuah komposisi yang menggambarkan kehancuran lingkungan akibat keserakahan manusia. Liriknya, "See our mother put to death, see our mother die," memantulkan kecemasan global terhadap perubahan iklim dan kehancuran alam, yang di era kini menjadi lebih relevan daripada sebelumnya. Tak hanya sekadar hard-hitting, Metallica meluapkan keresahan tentang nasib dunia.
Salah satu lagu yang paling dikenal dari album ini adalah “One”, sebuah epik yang bercerita tentang seorang tentara yang kehilangan seluruh anggota tubuhnya akibat perang. Liriknya terinspirasi dari novel Johnny Got His Gun karya Dalton Trumbo, yang mengisahkan kengerian perang dan ketidakmanusiawian senjata tempur. Metallica menembus ke dalam perasaan keterasingan dan kehancuran hidup pasca perang. Liriknya menimbulkan pertanyaan tentang makna perang dan apakah pengorbanan besar ini layak dalam kebijakan negara yang sering kali hanya mementingkan kekuasaan politik elit.
Di sisi lain, lagu seperti “…And Justice for All” menawarkan kritik tajam terhadap sistem peradilan yang timpang. Dalam liriknya, Metallica mengecam bagaimana hukum sering kali tidak lagi mewakili kebenaran, tetapi telah dijual untuk keuntungan segelintir elit. "Justice is lost, justice is raped, justice is gone," teriak Hetfield dalam chorusnya, menggambarkan bagaimana keadilan telah dirampas oleh korupsi dan manipulasi politik kaum oligarki.
Album ini melanjutkan kritik terhadap korupsi institusi dengan lagu seperti "Eye of the Beholder", di mana kebebasan pribadi dan hak-hak sipil dipertanyakan di tengah kontrol negara. Dalam konteks Amerika Serikat era Reagan, Metallica mencatat ironi besar dari janji kebebasan dan demokrasi yang justru melahirkan penindasan, terutama bagi mereka yang ada di pinggiran masyarakat.
Capaian Komersil
Secara komersial, ...And Justice for All menjadi salah satu album tersukses Metallica, terjual lebih dari 8 juta kopi di Amerika Serikat saja dan memperoleh sertifikasi platinum. Ini juga menjadi album pertama Metallica yang masuk ke dalam 10 besar di Billboard 200, di mana mereka berada di peringkat ke-6.
Album ini juga menerima berbagai penghargaan, termasuk nominasi Grammy untuk Best Hard Rock/Metal Performance. Meskipun kalah saat itu, Metallica tetap mengukir sejarah di Grammy berikutnya, mengangkat status mereka sebagai ikon global.
Pengaruh pada Musik dan Politik
...And Justice for All bukan sekadar karya musik metal. Ia menjadi inspirasi bagi banyak musisi dan politisi. Musisi seperti Pantera, Slayer, dan bahkan Megadeth menyebut album ini sebagai tonggak penting dalam perkembangan thrash metal. Di ranah yang lebih luas, pengaruh album ini melahirkan musisi-musisi yang lebih vokal dalam membahas isu sosial dan politik, seperti Rage Against the Machine.
Di masa 35 tahun lalu, saya yang masih belia di usia belasan jelang lulus SMA, masa dimana anak muda resah terhadap pergolakan sosial dan politik, album ini menjadi nyala api pemberontakan. Di tengah maraknya ketidakadilan dan kemerosotan moral dalam sistem hukum, …And Justice for All hadir dengan pesan yang gamblang—bahwa hukum bisa diperalat oleh kekuatan korup. Lirik terutama dalam lagu seperti "…And Justice for All" dan "One," membuka mata generasi muda terhadap ketimpangan yang terjadi di dunia nyata.
Kritik dan Pengakuan
Namun, ...And Justice for All tidak lepas dari kritik. Mix tanpa bass menjadi salah satu elemen paling diperdebatkan dalam sejarah musik metal. Banyak pengamat dan sesama musisi menyayangkan keputusan tersebut, yang dianggap merusak potensi musikalitas penuh Jason Newsted. Meski demikian, sebagian lain justru menganggap kekurangan ini sebagai keunikan album yang membuatnya semakin kaku, dingin, dan tak berkompromi—sesuai dengan pesan liriknya.
Kritikus dari Rolling Stone menyebut album ini "ambisius namun cacat," sementara Kerrang! memujinya sebagai puncak dari kreativitas Metallica yang paling kompleks secara musikal.
Album Yang Masih Relevan
Bagi sebagian orang termasuk saya, album ini tetap relevan walau sudah berlalu 35 tahun. Dalam konteks politik hukum dan keadilan sosial di Indonesia, kritik-kritik Metallica tentang keadilan yang hilang sangat paralel dengan berbagai ketidakadilan yang kita hadapi di sini. Bagi saya, ...And Justice for All menjadi seruan perlawanan. Metallica tidak hanya berbicara untuk Amerika, mereka berbicara untuk semua yang merasa tertindas oleh sistem yang oligarkis dan korup.
Metallica memberikan lebih dari sekadar album—mereka memberikan sebuah manifesto politik, di mana kemarahan dan keputusasaan dapat diubah menjadi aksi dan perlawanan. …And Justice for All adalah karya yang terus menggema, tak hanya dalam dentuman drum dan distorsi gitar, tetapi juga dalam hati mereka yang memperjuangkan keadilan.
Album ini adalah pengingat bahwa di tengah kekerasan dan ketidakadilan, suara perlawanan harus terus lantang. “Halls of justice painted green, money talking”
Penulis: Denny Septiviant - Politisi PKB
Post a Comment for "Mewarisi Perlawanan: 35 Tahun Metallica dan ...And Justice for All"